Kamis, 09 Agustus 2012

KATA KATA MUTIARA

Alangkah baiknya jika engkau tetap manis
 Meski hidup itu sendiri adalah pahit.
Dan alangkah baiknya jika engkau rela
Walaupun manusia penuh dengan kemurkaan.
Alangkah baiknya di antara aku dan engkau
tetap terjalin hubungan yang mesra
Walaupun di antara aku dengan seluruh alam telah hancur.
Jika benar-benar dari pihak engkau ada yang jujur,
maka segala urusan mudahlah dihadapi.
Sebab tiap-tiap yang ada di antara tanah itu
adalah semata-mata tanah belaka.
(Imam Syafi’i)

Siapa yang tidak mensyukuri nikmat Tuhan
maka berarti berusaha untuk menghilangkan nikmat itu,
dan siapa yang bersyukur atas nikmat itu
berarti telah mengikat nikmat itu dengan ikatan yang kuat kukuh.
(Al Hikam)

Ajaib masalah Islam ini
Sesungguhnya seluruhnya adalah kebajikan,
kebaikan, persaudaraan, saling menasihati dengan kebenaran,
saling menasihati dengan sabar
Bukankah risalahnya adalah rahmat bagi seluruh alam ?
(Al Lewa Al Islamy)

“Janganlah kamu melihat kepada kecilnya kesalahan, tetapi lihatlah kepada maha besarNya Dzat yang kamu tentang.”
(Bilal bin Sa’ad)

Apabila melaksanakan perintah Allah SWT,
maka tanggalkanlah pandangan manusia yang tertuju kepadamu,
dan tanggalkanlah kepentingan pribadimu,
semua hendaknya engkau tujukan semata-mata kepada Allah saja.
(Abdul Qadir Jailani)

Islam memiliki dinding dan pintu yang kuat.
Dinding Islam itu ialah kebenaran dan pintunya ialah keadilan.
islam akan tetap jaya, selama penguasa-penguasa bersikap keras dan tegas,
tetapi itu dilakukan tidak berarti mesti dengan pedang dan cemeti,
melainkan dengan hak dan keadilan.
(Said bin Suwaid)

Tidak ada kebaikan bagi pembicaraan kecuali dengan amalan.
Tidak ada kebaikan bagi harta kecuali dengan kedermawanan.
Tidak ada kebaikan bagi sahabat kecuali dengan kesetiaan.
Tidak ada kebaikan bagi shadaqah kecuali niat yang ikhlas.
Tidak ada kebaikan bagi kehidupan kecuali kesehatan dan keamanan.
(Al-Ahnaf bin Qais)

Demi engkau,
Apakah arti manusia
selain arti agamanya
karena itu, janganlah tinggalkan taqwa
karena bergantung kepada turunan !
Buktinya, Islam telah mengangkat (Sang Budak) Salman Al-Farisi
Dan menjauhkan kebangsawanan Abu Lahab Karena Syirik.
(Al Lewa Al Islami)

Lima macam obat hati yaitu:
1. Membaca Al-qur’an dan memahami artinya.
2. Mengosongkan perut jangan terlalu kenyang
3. Bangun malam untuk Shalat
4. Berendah diri kehadirat Allah tatkala dini hari
5. Sering duduk bersama orang-orang salah yang baik.
(Ahli Tasawuf)

“Putaran waktu akan memperlihatkan kepada kita
peristiwa2 yang mengejutkan dan memberikan peluang
kepada kita untuk berbuat.
Dunia akan melihat bahwa dakwah kita adalah hidayah,
kemenangan dan kedamaian yang dapat menyembuhkan ummat
dari rasa sakit yang tengah dideritanya.
Setelah itu tibalah giliran kita untuk memimpin dunia,
karena bumi tetap akan berputar
dan kejayaan itu akan kembali kepada kita.
hanya Allah-lah harapan kita satu-satunya.”
(Hasan Al Bana)

Jumat, 06 Juli 2012

Al-Quran Dan Temuan Ilmiah

Tim Al-Balagh

Persoalan mengenai bagaimana alam semesta yang tanpa cacat ini mula-mula terbentuk, ke mana tujuannya, dan bagaimana cara kerja hukum-hukum yang menjaga keteraturan dan keseimbangan, sejak dulu merupakan topik yang menarik. Pendapat kaum materialis yang berlaku selama beberapa abad hingga awal abad ke-20 menyatakan, bahwa alam semesta memiliki dimensi tak terbatas, tidak memiliki awal, dan akan tetap ada untuk selamanya. Menurut pandangan ini, yang disebut “model alam semesta yang statis”, alam semesta tidak memiliki awal maupun akhir. Dengan memberikan dasar bagi filosofi materialis, pandangan ini menyangkal adanya Sang Pencipta, dengan menyatakan bahwa alam semesta ini adalah kumpulan materi yang konstan, stabil, dan tidak berubah-ubah.

Ayat al-Qur’an dan Alam Semesta

Dalam Surat al-Isra’ ayat ke-88, Allah menunjukkan keagungan al-Qur’an: “Katakanlah: ‘Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa al-Quran ini; niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain.’” (QS. Al Israa’, 17: 88)
Allah menurunkan al-Quran kepada manusia empat belas abad yang lalu. Beberapa fakta yang baru dapat diungkapkan dengan teknologi abad ke-21 ternyata telah dinyatakan Allah dalam al-Quran empat belas abad yang lalu. Hal ini menunjukkan bahwa al-Qur’an adalah salah satu bukti terpenting yang memungkinkan kita mengetahui keberadaan Allah.
Dalam al-Qur’an, terdapat banyak bukti bahwa al-Qur’an berasal dari Allah, bahwa umat manusia tidak akan pernah mampu membuat sesuatu yang menyerupainya. Salah satu bukti ini adalah ayat-ayat (tanda-tanda) al-Qur’an yang terdapat di alam semesta.
Sesuai dengan ayat “Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa al-Qur’an itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu?” (QS. Fushshilaat, 41: 53), banyak informasi yang ada dalam al-Qur’an ini sesuai dengan yang ada di dunia eksternal. Allah-lah yang telah menciptakan alam semesta dan karenanya memiliki pengetahuan mengenai semua itu. Allah juga yang telah menurunkan al-Qur’an. Bagi orang-orang beriman yang teliti, sungguh-sungguh, dan arif, banyak sekali informasi dan analisis dalam al-Qur’an yang dapat mereka lihat dan pelajari.
Meskipun demikian, perlu diingat bahwa al-Qur’an bukanlah buku ilmu pengetahuan. Tujuan diturunkannya al-Qur’an adalah sebagaimana yang diungkapkan dalam ayat-ayat berikut:
“Alif lam ra. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang-benderang dengan izin Tuhan Yang Mahakuasa lagi Maha Terpuji.” (QS. Ibrahim, 14: 1) !
“… untuk menjadi petunjuk dan peringatan bagi orang-orang yang berpikir.” (QS. Al Mu’min, 40: 54) !
Singkatnya, Allah menurunkan al-Qur’an sebagai petunjuk bagi orang-orang beriman. Al-Qur’an menjelaskan kepada manusia cara menjadi hamba Allah dan mencari ridha-Nya.
Betapapun, al-Qur’an juga memberi informasi dasar mengenai beberapa hal seperti penciptaan alam semesta, kelahiran manusia, struktur atmosfer, dan keseimbangan di langit dan di bumi. Kenyataan bahwa informasi dalam al-Qur’an tersebut sesuai dengan temuan terbaru ilmu pengetahuan modern adalah hal penting, karena kesesuaian ini menegaskan bahwa al-Qur’an adalah “firman Allah”. Menurut ayat “Maka apakah mereka tidak memperhatikan al-Qur’an? Kalau kiranya al-Qur’an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya” (QS. An-Nisaa’, 4: 82), terdapat keserasian yang luar biasa antara pernyataan di dalam al-Qur’an dan dunia eksternal.
Pada halaman-halaman berikut kita akan membahas kesamaan yang luar biasa antara informasi tentang alam semesta yang ada dalam al-Qur’an dan dalam ilmu pengetahuan.

Teori Dentuman Besar (Big Bang) dan Ajarannya

Persoalan mengenai bagaimana alam semesta yang tanpa cacat ini mula-mula terbentuk, ke mana tujuannya, dan bagaimana cara kerja hukum-hukum yang menjaga keteraturan dan keseimbangan, sejak dulu merupakan topik yang menarik.
Pendapat kaum materialis yang berlaku selama beberapa abad hingga awal abad ke-20 menyatakan, bahwa alam semesta memiliki dimensi tak terbatas, tidak memiliki awal, dan akan tetap ada untuk selamanya. Menurut pandangan ini, yang disebut “model alam semesta yang statis”, alam semesta tidak memiliki awal maupun akhir.
Dengan memberikan dasar bagi filosofi materialis, pandangan ini menyangkal adanya Sang Pencipta, dengan menyatakan bahwa alam semesta ini adalah kumpulan materi yang konstan, stabil, dan tidak berubah-ubah. Namun, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi abad ke-20 menghancurkan konsep-konsep primitif seperti model alam semesta yang statis. Saat ini, pada awal abad ke-21, melalui sejumlah besar percobaan, pengamatan, dan perhitungan, fisika modern telah mencapai kesimpulan bahwa alam semesta memiliki awal, bahwa alam diciptakan dari ketiadaan dan dimulai oleh suatu ledakan besar.
Selain itu, berlawanan dengan pendapat kaum materialis, kesimpulan ini menyatakan bahwa alam semesta tidaklah stabil atau konstan, tetapi senantiasa bergerak, berubah, dan memuai. Saat ini, fakta-fakta tersebut telah diakui oleh dunia ilmu pengetahuan. Sekarang, marilah kita lihat bagaimana fakta-fakta yang sangat penting ini dijelaskan oleh ilmu pengetahuan.

Pemuaian Alam Semesta

Pada tahun 1929, di observatorium Mount Wilson di California, seorang astronom Amerika bernama Edwin Hubble membuat salah satu temuan terpenting dalam sejarah astronomi. Ketika tengah mengamati bintang dengan teleskop raksasa, dia menemukan bahwa cahaya yang dipancarkan bintang-bintang bergeser ke ujung merah spektrum. Ia pun menemukan bahwa pergeseran ini terlihat lebih jelas jika bintangnya lebih jauh dari bumi. Temuan ini menggemparkan dunia ilmu pengetahuan. Berdasarkan hukum-hukum fisika yang diakui, spektrum sinar cahaya yang bergerak mendekati titik pengamatan akan cenderung ungu, sementara sinar cahaya yang bergerak menjauhi titik pengamatan akan cenderung merah. Pengamatan Hubble menunjukkan bahwa cahaya dari bintang-bintang cenderung ke arah warna merah. Ini berarti bahwa bintang-bintang tersebut senantiasa bergerak menjauhi kita.
Tidak lama sesudah itu, Hubble membuat temuan penting lainnya: Bintang dan galaksi bukan hanya bergerak menjauhi kita, namun juga saling menjauhi. Satu-satunya kesimpulan yang dapat dibuat tentang alam semesta yang semua isinya bergerak saling menjauhi adalah bahwa alam semesta itu senantiasa memuai.
Agar lebih mudah dimengerti, bayangkan alam semesta seperti permukaan balon yang tengah ditiup. Sama seperti titik-titik pada permukaan balon akan saling menjauhi karena balonnya mengembang, benda-benda di angkasa saling menjauhi karena alam semesta terus memuai. Sebenarnya, fakta ini sudah pernah ditemukan secara teoretis. Albert Einstein, salah seorang ilmuwan termasyhur abad ini, ketika mengerjakan Teori Relativitas Umum, pada mulanya menyimpulkan bahwa persamaan yang dibuatnya menunjukkan bahwa alam semesta tidak mungkin statis. Namun, dia mengubah persamaan tersebut, dengan menambahkan sebuah “konstanta” untuk menghasilkan model alam semesta yang statis, karena hal ini merupakan ide yang dominan saat itu. Di kemudian hari Einstein menyebut perbuatannya itu sebagai “kesalahan terbesar dalam kariernya”.
Jadi, apakah pentingnya fakta pemuaian alam semesta ini terhadap keberadaan alam semesta?
Pemuaian alam semesta secara tidak langsung menyatakan bahwa alam semesta bermula dari satu titik tunggal. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa “satu titik tunggal” yang mengandung semua materi alam semesta ini pastilah memiliki “volume nol” dan “kepadatan tak terbatas”. Alam semesta tercipta akibat meledaknya titik tunggal yang memiliki volume nol tersebut. Ledakan hebat yang menandakan awal terbentuknya alam semesta ini dinamakan Dentuman Besar (Big Bang), dan teori ini dinamai mengikuti nama ledakan tersebut.
Harus dikatakan di sini bahwa “volume nol” adalah istilah teoretis yang bertujuan deskriptif. Ilmu pengetahuan hanya mampu mendefinisikan konsep “ketiadaan”, yang melampaui batas pemahaman manusia, dengan menyatakan titik tunggal tersebut sebagai “titik yang memiliki volume nol”. Sebenarnya, “titik yang tidak memiliki volume” ini berarti “ketiadaan”. Alam semesta muncul dari ketiadaan. Dengan kata lain, alam semesta diciptakan.
Fakta ini, yang baru ditemukan oleh fisika modern pada akhir abad ini, telah diberitakan al-Qur’an empat belas abad yang lalu: “Dia Pencipta langit dan bumi.” (QS. Al An’aam, 6:101)
Jika kita membandingkan pernyataan pada ayat di atas dengan teori Ledakan Besar, terlihat kesamaan yang sangat jelas. Namun, teori ini baru diperkenalkan sebagai teori ilmiah pada abad ke-20.
Pemuaian alam semesta merupakan salah satu bukti terpenting bahwa alam semesta diciptakan dari ketiadaan. Meskipun fakta di atas baru ditemukan pada abad ke-20, Allah telah memberitahukan kenyataan ini kepada kita dalam al-Qur’an 1.400 tahun yang lalu:
“Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya.” (QS. Adz-Dzariyaat, 51: 47) !
Pada tahun 1948, George Gamov mengemukakan gagasan lain mengenai teori Ledakan Besar. Dia menyatakan bahwa setelah terbentuknya alam semesta dari ledakan hebat, di alam semesta seharusnya terdapat surplus radiasi, yang tersisa dari ledakan tersebut. Lebih dari itu, radiasi ini seharusnya tersebar merata di seluruh alam semesta.
Bukti “yang seharusnya ada” ini segera ditemukan. Pada tahun 1965, dua orang peneliti bernama Arno Penzias dan Robert Wilson, menemukan gelombang ini secara kebetulan. Radiasi yang disebut “radiasi latar belakang” ini tampaknya tidak memancar dari sumber tertentu, tetapi meliputi seluruh ruang angkasa. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa gelombang panas yang memancar secara seragam dari segala arah di angkasa ini merupakan sisa dari tahapan awal Ledakan Besar. Penzias dan Wilson dianugerahi Hadiah Nobel untuk temuan ini.
Pada tahun 1989, NASA mengirimkan satelit Cosmic Background Explorer (COBE) ke angkasa untuk melakukan penelitian mengenai radiasi latar belakang. Pemindai sensitif pada satelit hanya membutuhkan waktu delapan menit untuk menegaskan perhitungan Penzias dan Wilson. COBE telah menemukan sisa-sisa ledakan hebat yang mengawali terbentuknya alam semesta.
Bukti penting lain berkenaan dengan Ledakan Besar adalah jumlah hidrogen dan helium di ruang angkasa. Pada penghitungan terbaru, diketahui bahwa konsentrasi hidrogen-helium di alam semesta sesuai dengan penghitungan teoretis konsentrasi hidrogen-helium yang tersisa dari Ledakan Besar. Jika alam semesta tidak memiliki awal dan jika alam semesta ada sejak adanya keabadian (waktu yang tak terhingga), seharusnya hidrogen terpakai seluruhnya dan diubah menjadi helium.
Semua bukti kuat ini memaksa komunitas ilmiah untuk menerima teori Ledakan Besar. Model ini merupakan titik terakhir yang dicapai oleh para ahli kosmologi berkaitan dengan awal mula dan pembentukan alam semesta.
Dennis Sciama, yang membela teori keadaan ajeg (steady-state) bersama Fred Hoyle selama bertahun-tahun, menggambarkan posisi terakhir yang mereka capai setelah terkumpulnya semua bukti tentang teori Ledakan Besar. Sciama mengatakan bahwa ia telah ambil bagian dalam perdebatan sengit antara para pembela teori keadaan ajeg dan mereka yang menguji dan berharap dapat menyangkal teori tersebut. Dia menambahkan bahwa dulu dia membela teori keadaan ajeg bukan karena menganggap teori tersebut benar, melainkan karena berharap bahwa teori itu benar. Fred Hoyle bertahan menghadapi semua keberatan terhadap teori ini, sementara bukti-bukti yang berlawanan mulai terungkap. Selanjutnya, Sciama bercerita bahwa pertama-tama ia menentang bersama Hoyle. Akan tetapi, saat bukti-bukti mulai bertumpuk, ia mengaku bahwa perdebatan tersebut telah selesai dan teori keadaan ajeg harus dihapuskan.
Prof. George Abel dari University of California juga mengatakan bahwa sekarang telah ada bukti yang menunjukkan bahwa alam semesta bermula miliaran tahun yang lalu, yang diawali dengan Dentuman Besar. Dia mengakui bahwa dia tidak memiliki pilihan lain kecuali menerima teori Dentuman Besar.
Dengan kemenangan teori Dentuman Besar, konsep “zat yang kekal” yang merupakan dasar filosofi materialis dibuang ke tumpukan sampah sejarah. Jadi, apakah yang ada sebelum Dentuman Besar, dan kekuatan apakah yang menjadikan alam semesta ini “ada” melalui sebuah dentuman besar, jika sebelumnya alam semesta ini “tidak ada”? Pertanyaan ini jelas menyiratkan, dalam kata-kata Arthur Eddington, adanya fakta “yang tidak menguntungkan secara filosofis” (tidak menguntungkan bagi materialis), yaitu adanya Sang Pencipta. Athony Flew, seorang filsuf ateis terkenal, berkomentar tentang hal ini sebagai berikut:
Semua orang tahu bahwa pengakuan itu baik bagi jiwa. Oleh karena itu, saya akan memulai dengan mengaku bahwa kaum ateis Stratonician telah dipermalukan oleh konsensus kosmologi kontemporer. Tampaknya ahli kosmologi memiliki bukti-bukti ilmiah tentang hal yang menurut St. Thomas tidak dapat dibuktikan secara filosofis; yaitu bahwa alam semesta memiliki permulaan. Sepanjang alam semesta dapat dianggap tidak memiliki akhir maupun permulaan, orang tetap mudah menyatakan bahwa keberadaan alam semesta, dan segala sifatnya yang paling mendasar, harus diterima sebagai penjelasan terakhir. Meskipun saya masih percaya bahwa hal ini tetap benar, tetapi benar-benar sulit dan tidak nyaman mempertahankan posisi ini di depan cerita Dentuman Besar.
Banyak ilmuwan, yang tidak secara buta terkondisikan menjadi ateis, telah mengakui keberadaan Yang Maha Pencipta dalam penciptaan alam semesta. Sang Pencipta pastilah Dia yang menciptakan zat dan ruang/ waktu, tetapi Dia tidak bergantung pada ciptaannya. Seorang ahli astrofisika terkenal bernama Hugh Ross mengatakan:
Jika waktu memiliki awal yang bersamaan dengan alam semesta, seperti yang dikatakan teorema-ruang, maka penyebab alam semesta pastilah suatu wujud yang bekerja dalam dimensi waktu yang benar-benar independen dari, dan telah ada sebelum, dimensi waktu kosmos. Kesimpulan ini sangat penting bagi pemahaman kita tentang siapakah Tuhan, dan siapa atau apakah yang bukan Tuhan. Hal ini mengajarkan bahwa Tuhan bukanlah alam semesta itu sendiri, dan Tuhan tidak berada di dalamnya
Zat dan ruang/waktu diciptakan oleh Yang Maha Pencipta, yaitu Dia yang terlepas dari gagasan tersebut. Sang Pencipta adalah Allah, Dia adalah Raja di surga dan di bumi.
Allah memberi tahu bukti-bukti ilmiah ini dalam Kitab-Nya, yang Dia turunkan kepada kita manusia empat belas abad lalu untuk menunjukkan keberadaan-Nya.
Kesempurnaan di Alam Semesta
“Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang? Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itu pun dalam keadaan payah.” (QS. Al-Mulk, 67: 3 - 4)!
Di alam semesta, miliaran bintang dan galaksi yang tak terhitung jumlahnya bergerak dalam orbit yang terpisah. Meskipun demikian, semuanya berada dalam keserasian. Bintang, planet, dan bulan beredar pada sumbunya masing-masing dan dalam sistem yang ditempatinya masing-masing. Terkadang galaksi yang terdiri atas 200-300 miliar bintang bergerak melalui satu sama lain. Selama masa peralihan dalam beberapa contoh yang sangat terkenal yang diamati oleh para astronom, tidak terjadi tabrakan yang menyebabkan kekacauan pada keteraturan alam semesta.
Di seluruh alam semesta, besarnya kecepatan benda-benda langit ini sangat sulit dipahami bila dibandingkan dengan standar bumi. Jarak di ruang angkasa sangatlah besar bila bandingkan dengan pengukuran yang dilakukan di bumi. Dengan ukuran raksasa yang hanya mampu digambarkan dalam angka saja oleh ahli matematika, bintang dan planet yang bermassa miliaran atau triliunan ton, galaksi, dan gugus galaksi bergerak di ruang angkasa dengan kecepatan yang sangat tinggi.
Misalnya, bumi berotasi pada sumbunya dengan kecepatan rata-rata 1.670 km/jam. Dengan mengingat bahwa peluru tercepat memiliki kecepatan rata-rata 1.800 km/jam, jelas bahwa bumi bergerak sangat cepat meskipun ukurannya sangat besar.
Kecepatan orbital bumi mengitari matahari kurang-lebih enam kali lebih cepat dari peluru, yakni 108.000 km/jam. (Andaikan kita mampu membuat kendaraan yang dapat bergerak secepat ini, kendaraan ini dapat mengitari bumi dalam waktu 22 menit.)
Namun, angka-angka ini baru mengenai bumi saja. Tata surya bahkan lebih menakjubkan lagi. Kecepatan tata surya mencapai tingkat di luar batas logika manusia. Di alam semesta, meningkatnya ukuran suatu tata surya diikuti oleh meningkatnya kecepatan. Tata surya beredar mengitari pusat galaksi dengan kecepatan 720.000 km/jam. Kecepatan Bima Sakti sendiri, yang terdiri atas 200 miliar bintang, adalah 950.000 km/jam di ruang angkasa.
Kecepatan yang luar biasa ini menunjukkan bahwa hidup kita berada di ujung tanduk. Biasanya, pada suatu sistem yang sangat rumit, kecelakaan besar sangat sering terjadi. Namun, seperti diungkapkan Allah dalam ayat di atas, sistem ini tidak memiliki “cacat” atau “tidak seimbang”. Alam semesta, seperti juga segala sesuatu yang ada di dalamnya, tidak dibiarkan “sendiri” dan sistem ini bekerja sesuai dengan keseimbangan yang telah ditentukan Allah.
Orbit dan Alam Semesta yang Berrotasi
Salah satu sebab utama yang menghasilkan keseimbangan di alam semesta, tidak diragukan lagi, adalah beredarnya benda-benda angkasa sesuai dengan orbit atau lintasan tertentu. Walaupun baru diketahui akhir-akhir ini, orbit ini telah ada di dalam al-Qur’an:
“Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.” (QS. Al Anbiyaa’, 21: 33) !
Bintang, planet, dan bulan berputar pada sumbunya dan dalam sistemnya, dan alam semesta yang lebih besar bekerja secara teratur seperti pada roda gigi suatu mesin. Tata surya dan galaksi kita juga bergerak mengitari pusatnya masing-masing. Setiap tahun bumi dan tata surya bergerak 500 juta kilometer menjauhi posisi sebelumnya. Setelah dihitung, diketahui bahwa bila suatu benda langit menyimpang sedikit saja dari orbitnya, hal ini akan menyebabkan hancurnya sistem tersebut. Misalnya, marilah kita lihat apa yang akan terjadi bila orbit bumi menyimpang 3 mm lebih besar atau lebih kecil dari yang seharusnya.
Selagi berotasi mengitari matahari, bumi mengikuti orbit yang berdeviasi sebesar 2,8 mm dari lintasannya yang benar setiap 29 km. Orbit yang diikuti bumi tidak pernah berubah karena penyimpangan sebesar 3 mm akan menyebabkan kehancuran yang hebat. Andaikan penyimpangan orbit adalah 2,5 mm, dan bukan 2,8 mm, orbit bumi akan menjadi sangat luas dan kita semua akan membeku. Andaikan penyimpangan orbit adalah 3,1 mm, kita akan hangus dan mati. (Bilim ve Teknik, Juli 1983)
Matahari
Berjarak 150 juta km dari bumi, matahari menyediakan energi yang kita butuhkan secara terus-menerus.
Pada benda angkasa yang berenergi sangat besar ini, atom hidrogen terus-menerus berubah menjadi helium. Setiap detik 616 miliar ton hidrogen berubah menjadi 612 miliar ton helium. Selama sedetik itu, energi yang dihasilkan sebanding dengan ledakan 500 juta bom atom.
Kehidupan di bumi dimungkinkan oleh adanya energi dari matahari. Keseimbangan di bumi yang tetap dan 99% energi yang dibutuhkan untuk kehidupan disediakan oleh matahari. Separo energi ini kasatmata dan berbentuk cahaya, sedangkan sisanya berbentuk sinar ultraviolet, yang tidak kasatmata, dan berbentuk panas.
Sifat lain dari matahari adalah memuai secara berkala seperti lonceng. Hal ini berulang setiap lima menit dan permukaan matahari bergerak mendekat dan menjauh 3 km dari bumi dengan kecepatan 1.080 km/jam.
Matahari hanyalah salah satu dari 200 juta bintang dalam Bimasakti. Meskipun 325.599 kali lebih besar dari bumi, matahari merupakan salah satu bintang kecil yang terdapat di alam semesta. Matahari berjarak 30.000 tahun cahaya dari pusat Bimasakti, yang berdiameter 125.000 tahun cahaya. (1 tahun cahaya = 9.460.800.000.000 km.)
Perjalanan Matahari
“Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui.” (QS. Yaasin, 36: 38) !
Berdasarkan perhitungan para astronom, akibat aktivitas galaksi kita, matahari berjalan dengan kecepatan 720.000 km/jam menuju Solar Apex, suatu tempat pada bidang angkasa yang dekat dengan bintang Vega. (Ini berarti matahari bergerak sejauh kira-kira 720.000×24 = 17.280.000 km dalam sehari, begitu pula bumi yang bergantung padanya.)
Langit Tujuh Lapis
“Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi.” (QS. Ath-Thaalaq, 65: 12) !
Dalam al-Qur’an Allah menyebutkan tujuh surga atau langit. Ketika ditelaah, atmosfer bumi ternyata terbentuk dari tujuh lapisan. Di atmosfer terdapat suatu bidang yang memisahkan lapisan dengan lapisan. Berdasarkan Encyclopedia Americana (9/188), lapisan-lapisan yang berikut ini bertumpukan, bergantung pada suhu.
Lapisan pertama TROPOSFER: Lapisan ini mencapai ketebalan 8 km di kutub dan 17 km di khatulistiwa, dan mengandung sejumlah besar awan. Setiap kilometer suhu turun sebesar 6,5C, bergantung pada ketinggian. Pada salah satu bagian yang disebut tropopause, yang dilintasi arus udara yang bergerak cepat, suhu tetap konstan pada 57C.
Lapisan kedua STRATOSFER: Lapisan ini mencapai ketinggian 50 km. Di sini sinar ultraviolet diserap, sehingga panas dilepaskan dan suhu mencapai 0C. Selama penyerapan ini, dibentuklah lapisan ozon yang penting bagi kehidupan.
Lapisan ketiga MESOSFER: Lapisan ini mencapai ketinggian 85 km. Di sini suhu turun hingga 100C.
Lapisan keempat TERMOSFER: Peningkatan suhu berlangsung lebih lambat
Lapisan kelima IONOSFER: Gas pada lapisan ini berbentuk ion. Komunikasi di bumi menjadi mungkin karena gelombang radio dipantulkan kembali oleh ionosfer.
Lapisan keenam EKSOSFER: Karena berada di antara 500 dan 1000 km, karakteristik lapisan ini berubah sesuai aktivitas matahari.
Lapisan ketujuh MAGNETOSFER: Di sinilah letak medan magnet bumi. Penampilannya seperti suatu bidang besar yang kosong. Partikel subatom yang bermuatan energi tertahan pada suatu daerah yang disebut sabuk radiasi Van Allen.
Gunung Mencegah Gempa Bumi
“Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya dan Dia meletakkan gunung-gunung (di permukaan) bumi supaya bumi itu tidak menggoyangkan kamu; dan memperkembangbiakkan padanya segala macam jenis binatang.” (QS. Luqman, 30: 10)
“Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan dan gunung-gunung sebagai pasak?” (QS. An-Naba’, 78: 7)
Informasi yang diperoleh melalui penelitian geologi tentang gunung sangatlah sesuai dengan ayat al-Qur’an. Salah satu sifat gunung yang paling signifikan adalah kemunculannya pada titik pertemuan lempengan-lempengan bumi, yang saling menekan saat saling mendekat, dan gunung ini “mengikat” lempengan-lempengan tersebut. Dengan sifat tersebut, pegunungan dapat disamakan seperti paku yang menyatukan kayu.
Selain itu, tekanan pegunungan pada kerak bumi ternyata mencegah pengaruh aktivitas magma di pusat bumi agar tidak mencapai permukaan bumi, sehingga mencegah magma menghancurkan kerak bumi.
Air Laut Tidak Saling Bercampur
“Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-masing.” (QS. Ar-Rahmaan, 55: 19-20) !
Pada ayat di atas ditekankan bahwa dua badan air bertemu, tetapi tidak saling bercampur akibat adanya batas. Bagaimana ini dapat terjadi? Biasanya, bila air dari dua lautan bertemu, diduga airnya akan saling bercampur dengan suhu dan konsentrasi garam cenderung seimbang. Namun, kenyataan yang terjadi berbeda dengan yang diperkirakan. Misalnya, meskipun Laut Tengah dan Samudra Atlantik, serta Laut Merah dan Samudra Hindia secara fisik saling bertemu, airnya tidak saling bercampur. Ini karena di antara keduanya terdapat batas. Batas ini adalah gaya yang disebut “tegangan permukaan”.
Dua Kode dalam Besi
Besi adalah satu dari empat unsur yang paling berlimpah di bumi. Selama berabad-abad besi merupakan salah satu logam terpenting bagi umat manusia. Ayat yang berkenaan dengan besi adalah sebagai berikut:
“…Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia.” (QS. Al Hadiid, 57: 25) !
Ayat ini melibatkan dua kode matematika yang sangat menarik.
“Al Hadid” (besi) adalah surat ke-57 di dalam al-Qur’an. Nilai numerik (dalam sistem “Abjad” Arab, setiap huruf memiliki nilai numerik) huruf-huruf dari kata “Al Hadid” jumlahnya sama dengan 57, yakni nomor massa besi.
Nilai numerik (Abjad) dari kata “Hadid” (besi) sendiri, tanpa penambahan “al”, jumlahnya 26, yakni nomor atom besi.

Sumber: www.wisdoms4all.com

BELAJAR TEKNOLOGI DARI AL – QUR’AN

BELAJAR merupakan kebutuhan manusia  untuk tak menyebutnya kewajiban. Dengan belajar, manusia akan mengetahui makna. Makna itulah yang akan membuat manusia menjadi manusia seutuhnya dan berkepribadian.
Pemahaman terhadap makna itulah yang juga menjadi penanda atau pembeda manusia dari makhluk Allah yang lain. Manusia dibekali pikiran dan hati sebagai alat untuk menyingkap ayat-ayat Allah. Pikiran dan hati yang dapat dipergunakan sebagai perasa tak diberikan Allah kepada makhluk selain manusia.
Maka untuk menjernihkan pikiran dan hati butuh banyak bacaan dari hasil permenungan mendalam. Semua itu didapat dari proses belajar yang lama.
Betapa penting belajar juga menjadi bagian tak terpisahkan dari proses kerasulan Muhammad. Dan, belajar merupakan perintah pertama dalam Alquran (Surah Al-Alaq Ayat 1-5). Kata iqra tidak hanya berarti membaca, tetapi kewajiban bagi manusia untuk mengemban amanat kemanusiaan menjadi sebaik-baik makhluk (khoira al ummah). Itulah fitrah manusia sebagai khalifatullah fil ardhi (pemimpin atau wakil Allah di muka bumi).
Jadi perintah belajar berlaku untuk semua umat manusia, tidak memandang status atau strata sosial. Belajar tidak memandang umur, kecil, tua, muda, dan dewasa. Semua wajib terus belajar (iqra).
Sebab, masih banyak misteri alam belum terpecahkan oleh manusia. Misalnya, bagaimana cara mendeteksi gempa bumi berkekuatan besar, meski kini banyak peneliti telah meneliti lapisan bumi dan stuktur tanah di berbagai belahan dunia.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi begitu cepat di belahan bumi lain sudah saatnya menginspirasi masyarakat Indonesia untuk bangkit. Sebab, Indonesia merupakan representasi penting umat Islam di dunia. Jika banyak ilmu pengetahuan dan teknologi ditemukan dan dikembangkan masyarakat Indonesia, itu juga berarti kemajuan tersendiri dalam pengkajian Islam dan Islam itu sendiri.
Karena itu, dalam sistem pendidikan nasional harus ada sinergi atau keinginan kuat dari semua komponen pendidikan untuk terus belajar. Pendidikan Indonesia juga selayaknya tidak selalu berkiblat ke Barat. Namun sebaiknya menggali kearifan lokal dan budaya bangsa Indonesia sebagai dasar untuk membuat kebijakan dalam pendidikan nasional.
Teknologi Sulaiman dan Chidir Lebih dari itu, pengkajian dan penelitian terhadap Alquran sebagai kitab umat Islam sangat perlu. Sebab, menurut pendapat BJ Habibie dalam Memahami Alquran dan Mengimplementasikannya, Akumulasi Pengalaman Keagamaan (1992), untuk pengembangan sumber daya manusia perlu konsep. Tak cukup dengan ilmu-ilmu human resource development, ilmu pendidikan, atau psikologi perkembangan klasik. Kita juga memerlukan ilmu yang berkembang dari kekuatan iman yang bersumber dari Alquran dan sunah Rasul. Itulah landasan dasar pengembangan masyarakat pada abad ke-21.
Tidak hanya substansi ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat banyak terdapat dalam Alquran, tetapi juga teknologi dan metodologi yang belum mampu dipahami oleh daya pikir manusia.
Itu sangat mungkin karena kandungan isi Alquran yang mulia bersifat kebenaran mutlak. Adapun kebenaran ilmu pengetahuan dan teknologi yang dicapai manusia hingga saat ini, apa pun bentuk dalil, hukum, persamaan-persamaan, dan lain sebagainya, bersifat nisbi, relatif.
Kebenaran yang dirumuskan ilmu pengetahuan dan teknologi masa kini belum tentu benar pada masa datang. Katakanlah, misalnya, teknologi yang diperagakan Nabi Sulaiman melalui sistem komunikasi dengan binatang, makhluk halus, penyelam lautan, serta teknologi dan ilmu pengetahuan yang dikembangkan Nabi Chidir dan Musa, dan lain sebagainya yang masih merupakan rahasia ilmu yang sulit kita mengerti. Namun itu adalah sebagian dari kebenaran mutlak yang pada masa datang mungkin tak menjadi pertanyaan lagi.
Menjadi Produsen Kisah-kisah keagungan para rasul dalam Alquran sudah saatnya tidak hanya menjadi legenda, bahkan mitos. Kisah-kisah itu sudah saatnya menginspirasi umat Islam untuk bangkit dari keterpurukan di bidang teknologi. Umat Islam patut kembali memimpin peradaban dengan mengkaji atau menengok Alquran sebagai kitab terbuka dan sumber ilmu pengetahuan dan teknologi.
Keagungan Alquran akan menjadi tuntunan hidup, sehingga masyarakat senang membaca dan mengkajinya. Rahasia penciptaan alam semesta akan terungkap jika umat Islam mampu menangkap makna yang tersirat dan tersurat dalam Alquran.
Jadi ilmu pengetahuan dan teknologi pada dasarnya bukan masalah serius bagi umat Islam. Umat Islam sudah sangat akrab dengan kemajuan teknologi. Itu tercermin dari isi kita suci Alquran yang banyak berbicara mengenai kemajuan tersebut.
Kini, sudah saatnya umat Is-lam tidak hanya menjadi konsumen ilmu pengetahuan dan teknologi. Sudah saatnya umat Islam memimpin peradaban dengan menjadi produsen ilmu pengetahuan dan teknologi berdasar bacaan dan penelitian yang mendalam dan memadai dari Alquran. Wallahu alam.

Sumber :http://denmasfauzi3074.wordpress.com/2010/09/17/belajar-teknologi-dari-al-quran/


Al Qur'an dan Ilmu Pengetahuan Teknologi



Pandangan Al-Qur’an tentang ilmu pengetahuan dan teknologi dapat diketahui prinsip –prinsipnya dengan menganalisis wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW.

Bacalah dengan ( menyebut ) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang paling pemurah, Yang mengajar ( manusia ) dengan perantaraan Kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak di ketahuinya.


Iqra terambil dari akar kata yang berarti “ menghimpun “, dari menghimpun lahir aneka ragam makna, seperti menyampaikan, menelaah, mendalami, meneliti, mengetahui ciri sesuatu, dan membaca baik tertulis maupun tidak.

Wahyu pertama tidak menjelaskan apa yang harus dibaca, karena Al-Qur’an mnghendaki agar umatnya membaca apa saja selama bacaan itu Bismirabbik , dalam arti bermanfaat untuk kemanusiaan.

Iqra, bacalah, telitilah, dalamilah, ketahuilah ciri–ciri sesuatu, bacalah alam, bacalah tanda–tanda zaman, sejarah diri sendiri, yang tertulis dan tidak tertulis. Alhasil objek perintah Iqra, mencakup segala sesuatu yang dapat dijangkaunya.


Pengulangan perintah membaca dalam wahyu pertama ini, bukan sekedar menunjukkan bahwa kecakapan membaca , tidak diperoleh kecuali mengulangi – ulangi bacaan, atau membaca hendaklah dilakukan sampai mencapai batas yang maksimal kemampuan, tetapi juga untuk mengisyaratkan bahwa mengulang – ulangi bacaan Bismi Rabbik ( Demi karena Allah ) menghasilkan pengetahuan dan wawasan baru walupun yang dibaca itu–itu saja. Itulah pesan yang terkandung Iqra’ Warabbikal Al – Akram. ( Bacalah dan Tuhanmu Maha Pemurah. ).
Selanjutnya dari wahyu pertama Al-Qur’an diperoleh isyrat bahwa ada dua cara perolehan dan pengembangan ilmu Pengetahuan. Allah mengajar dengan pena atau bacaan ( apa yang telah diketahui manusia sebelumnya ) dan mengajar manusia tanpa pena ( apa yang belum di ketahui manusia )

Cara pertama adalah mengajar dengan atau atas dasar manusia, dan cara yang kedua mengajar tanpa alat dan tanpa usaha dari manusia. Walaupun berbeda namun keduanya bersumber dari satu sumber yaitu Allah SWT.


Setiap pengetahuan memiliki subyek dan obyek. Secara umum subyek dituntut peranannya guna memahami obyek. Namun pengalaman ilmiah menunjukkan bahwa obyek terkadang memperkenalkan diri kepada subyek tanpa usaha sang subyek. Sebagai contoh, comet halley memasuki cakrawala hanya sejenak setiap 76 tahun. Dalam kasus ini walaupun para astronom menyiapkan diri dengan alat – alatnya untuk mengamati dan mengenalnya, tetapi sesungguhnya yang paling berperan adalah kehadiran komet itu memperkenalkan diri.


Wahyu, ilham, intuisi, firasat yang diperoleh manusia yang siap dan suci jiwanya atau apa yang diduga sebagai “ kebetulan “ yang dialami oleh ilmuan yang tekun, kesemuanya tidak lain kecuali bentuk – bentuk pengajaran Allah yang dapat di analogikan dengan kasus komet diatas. Itulah pengajaran tanpa kalam yang di tegaskan wahyu pertama ini.

 
Kandungan wahyu pertama diatas bila dirinci lebih jauh dengan merujuk ayat – ayat Al-Qur’an yang terkait sebagai berikut.

ILMU PENGETAHUAN
Kata ilmu dalam berbagai bentuknya terulang 854 kali dalam Al-Qur’an. Kata ini digunakan dalam arti proses pencapaian pengetahuan dan obyek pengetahuan.

Ilmu dari segi bahasa mengandung arti kejelasan, karena itu segala yang terbentuk dari akar katanya semua mempunyai ciri kejelasan. Perhatikan misalnya kata ‘alam ( Bendera ), ‘ulmat ( Bibir sumbing ), A’laam ( Gunung – gunung ), ‘alamat (Alamat ) dan sebagainya. Ilmu adalah pengetahuan yang jelas tentang sesuatu. Kata ini berbeda dengan Arafa ( Mengetahui ), Aarif ( Yang Mengetahui ), dan Ma’rifah (Pengetahuan).


Allah SWT tidak dinamai A’rif, tetapi ‘aalim, dengan fi’ilnya Ya’lam ( Dia Mengetahui ) dan biasanya Al-Qur’an menggunakan kata itu bagi Allah untuk hal – hal yang diketahui-Nya walaupun hal-hal ghoib, tersembumyi, atau dirahasiakan.


Perhatikan obyek – obyek pengetahuan berikut, yang dinisbahkan kepada Allah :Ya’lamu Maa Yusirrun ( Allah mengetahui apa yang mereka rahasiakan ), Ya’lamu Maa fii Al’arhaam ( Allah mengetahui apa yang ada didalam rahim ), Maa Tahmil Kullu Untsa ( apa yang di kandung oleh betina/perempuan ), Maa Fii Anfusikum ( apa dalam dirimu ), Maa Fissamawat Wa Maa fil Ardh ( apa yang ada di langit dan di bumi ), Khaainat Al-‘ayun Wa MaaTukhfiy As-Shuduur ( kedipan mata dan yang disembunyikan dalam dada )…demikian juga ilmu yang disandarkan kepada manusia,semua mengandung makna kejelasan.


Dalam pandangan Al-Qur’an, ilmu adalah keistimewaan yang menjadikan manusia unggul atas makhluk – makhluk lain guna menjalankan fungsi kekhalifahan. Ini tercermin dari kisah kejadian manusia pertama yang dijelaskan Al-Qur’an dalam surah Al-Baqarah [2]:31. Manusia menurut Al-Qur’an memiliki potensi untuk meraih ilmu dan mengembangkannya atas izin Allah. Oleh karena itu bertebaran ayat – ayat yang memerintahkan manusia menempuh berbagai cara dalam rangka tersebut. Sebagaimana pula berkali – kali Al-Qur’an menunjukan betapa tingginya kedudukan orang – orang yang berilmu pengetahuan.


Dalam pandangan Al-qur’an , seperti diisyaratkan oleh wahyu pertama diatas. Ilmu itu terdiri dari dua macam. Ilmu yang diperolehnya tanpa upaya manusia dan ini dinamai ilm ladunny, seperti yang diinformasikan antara lain oleh Q.S. Al-kahfi [18]:65.


Lalu mereka ( Musa dan muridnya ) bertemu dengan seorang hamba dari hamba – hamba kami, yang telah kami anugrahkan kepadanya rahmat dari sisi kami dan telah kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi kami.


Dan ilmu yang diperoleh atas usaha manusia dan dinamai ilm kasby. Ayat – ayat yang menjelaskannya tentang ilmu ladunny.


Pembagian ini disebabkan karena dalam pandangan Al-Qur’an terdapat hal-hal yang “ada” tetapi tidak diketahui melalui upaya manusia sendiri. Ada wujud yang tidak tampak, sebagaimana ditegaskan oleh al-Qur’an antara lain dalam firman-Nya.


Aku bersumpah dengan apa yang kamu lihat dan apa –apa yang tidak kamu lihat (Q.S. Alhaaqah. )


Dengan demikian, obyek ilmu meliputi batas – batas materi dan non materi bahkan ada wujud yang jangankan dilihat, diketahui oleh manusia pun tidak.

Dia menciptakan apa – apa yang kamu tidak ketahui.( Q.S. Annahal[16]:8.)
Disini pula pengetahuan manusia amatlah terbatas, karena itu wajar sekali allah menegaskan bahwa.
Kamu di beri pengetahuan melainkan sedikit (Q.S. Al-Isra’[ 17]:85).

OBYEK ILMU PENGETEHUAN DAN CARA PEROLEHANNYA
Mengikuti pembagian ilmu yang disebut diatas, secara garis besar, obyek ilmu pengetahuan dapat dibagi dalam dua bagian pokok yaitu alam materi dan alam non materi.

Sains mutakhir mengarahkan pandangan kepada alam materi, sehingga mereka membatasi ilmu pada bidang tersebut. Bahkan sebagian mereka tidak mengetahui adanya realita yang tidak dapat dibuktikan dialam materi. karena itu obyek ilmu menurut mereka hanya mencakup sains kealaman dan terapannya yang dapat berkembang secara kualitatif dan penggandaan, variasi terbatas dan pengalihan antara budaya.

 
Obyek ilmu menurut ilmuan muslim mencakup alam materi dan non materi. Sementara menurut kaum shufi melalui ayat – ayat Al-Qur’an memperkenalkan apa yang mereka sebut Alhadharaat Al-Ilhiyah Alkhams ( lima kehadiran Ilahi ) untuk menggambarkan hirarki keseluruhan wujud.
Kelima hal tersebut adalah :

1. Alam Naasuut (alam materi )

2. Alam Malakut ( alam kejiwaan )
3. Alam Jabaruut ( alam Ruh )
4. Alam Lahuut (Sifat – sifat Ilahiyah )
5. Alam Haahuut ( Wujud zat Ilahi )

Tentu ada tatacara dan “ alat-alat “ yang harus digunakan untuk meraih pengetahuan tentang hal – hal diatas.

Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu tidak mengetahui sesuatu dan memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati agar kamu bersyukur ( menggunakannya sesuai dengan petunjuk Ilahi guna memperoleh pengetahuan ).

Ayat ini mengisyaratkan empat alat yaitu, pendengaran, mata dan akal ( penglihatan ) secara hati.
Trial dan error ( coba – coba ), pengamatan, eksperimen, probability, merupakan cara – cara yang digunakan ilmuan untuk meraih pengetahuan. Hal ini, walaupun di singgung juga oleh Al-Qur’an seperti dalam ayat-ayat yang memerintahkan manusia untuk berfikir tentang alam raya, melakukan perjalanan dan sebagainya. Namun itu hanya berkaitan dengan upaya mengetahui alam materi.
Perhatikanlah apa yang terdapat dilangit dan di bumi…( Q.S. Yunus [10]:101 ).

Apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana diciptakan, langit bagaimana ditinggikan, gunung bagaimana ditancapkan, dan bumi dihamparkan ?. ( Q.S. Al – Ghasyiyah [88]:17s/d 20 ).


Apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapa banyak kami tumbuhkan di bumi itu aneka tumbuhan yang baik ?. ( Q.S. Asy-syu’ara [26]: 7 )

Apakah mereka tidak melakukan perjalanan di bumi…Q.S. Yusuf [12]: 109 ).
Disamping mata, telinga dan pikiran, sebagai alat meraih pengetahuan. Al-Qur’an juga menggaris bawahi betapa pentingnya peranan hati dan kesuciannya. Wahyu, dianugrahkan atas kehendak Allah semata, dan berdasarkan kebijaksanaan-Nya tanpa usaha dan campur tangan manusia, sementara firasat, intuisi, dan semacamnya, dapat diraih melalui penyucian hati. Disini para ilmuan Muslim menekankan pentingnya Tazakiyah Annafes ( Penyucian jiwa ) guna memperoleh hidayah dari Allah, karena mereka sadar akan kebenaran firman Allah.

Aku akan memalingkan orang – orang yang menyombongkan diri di muka bumi, tanpa alasan yang benar – benar dari ayat-Ku…( Q.S. Al-‘Araaf [7] : 147 ).


Beraneka ragam dan berkali – kali pula Al-Qur’an menegaskan bahwa Inna Allaha Laa yahdiy…( Allah tidak akan memberi petunjuk ) kepada Azzalimiin ( orang – orang yang berlaku aniaya ), Al-Kafiriin ( orang – orang kafir ), Alfasiqiin ( orang – orang fasik ), Man Yudhil (yang disesatkan ), Man huwa Kaazibun Kaffar ( pembohong lagi amat ingkar ) Musrifun Kazzab ( pemboros lagi pembohong ). Dan lain –lain..


Memang boleh jadi mereka durhaka, memperoleh secercah ilmu Tuhan, yang bersifat kasby, tetapi apa yang mereka peroleh itu, terbatas pada sebagian fenomena alam, bukan hakekat , bukan pula yang berkaitan realita diluar alam materi.


Banyak manusia tidak mengetahui, mereka hanya mengetahui yang lahir ( saja ) dari kehidupan dunia, sedang mereka tentang akherat lalai. ( Q.S. Arrum [30] : 7 ).


Para ilmuan Muslim juga menggaris bawahi pentingnya mengamalkan ilmu. Dalam konteks ini Nabi SAW menyatakan bahwa : siapa yang mengamalkan apa yang diketahuinya maka Allah menganugrahkan kepadanya ilmu yang belum diketahuinya. Sementara Ulama menunjuk kepada Q.S. Albaqarah [2] : 282 untuk memperkuat hadits tersebut.


Bertaqwalah kepada Allah, niscaya Dia mengajar kamu, Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. ( Q.S.Al-Baqarah [2] : 282.

Atas dasar itu, Al-qur’an memandang bahwa seseorang yang memiliki ilmu harus memiliki sifat dan ciri tertentu, antara lain dan yang paling menonjol adalah sifat Khas-yat ( takut dan kagum kepada Allah ), sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya;

Innamaa Yakhsya Allah Min ‘Ibadihi Al-Ulama,Q.S. Fathir [35] : 28. ( yang takut kepada Allah dari hamba-hamba-Nya adalah para Ulama.). Dalam konteks ayat ini, Ulama adalah mereka yang memiliki pengetahuan yang jelas tentang fenomena alam. Rasul SAW menegaskan pula bahwa : Ilmu ada dua macam, ilmu didalam dada, itulah ilmu yang bermanfaat untuk manusia. Dan ilmu yang sekedar diujung lidah, maka itulah yang bakal menjadi saksi yang memberatkan manusia.


MANFAAT ILMU
Dari wahyu pertama juga ditemukan petunjuk tentang pemanfaatan ilmu. Dengan Iqra’ Bismirabbika digariskan bahwa titik tolak, atau motivasi pencarian ilmu demikian juga tujuan akhirnya karena Allah. Syekh Abdul Halim Mahmud mantan pemimpin tertinggi Al-Azhar, memahami demi karena Allah dalam arti untuk kemaslahatan manusia. Bukan-kah Allah tidak butuh? Bukan-kah makhluknya yang butuh ?.

Berfikir dalam dalam bidang – bidang yang tidak menghasilkan sesuatu yang bermanfaat , apalagi yang tidak memberikan hasil, kecuali menghabiskan energi harus dihindari. Rasulullah seringkali berdo’a “Allahumma Inny A’uzubika Min ‘Ilm Laa Yanfa “ ( Wahai Tuhan, Aku berlindung dengan-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat )”.


Atas dasar ini pula berfikir ( menggunakan akal ) untuk mengungkap rahasia alam metafisika=tidak boleh dijelajahi. Boleh jadi menarik untuk dikemukakan bahwa ayat – ayat Al-Qur’an yang berbicara tentang alam raya, menggunakan redaksi yang berbeda-beda ketika merujuk kepada orang – orang atau manfaat yang diperoleh daripadanya, walaupun obyek atau bagian dari alam raya yang uraikannya sama.


TEKNOLOGI
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, teknologi diartikan sebagai kemampuan teknik yang berlandaskan pengetahuan ilmu pengetahuan yang berdasarkan proses teknis. Teknologi adalah ilmu tentang cara menerapkan sains untuk memanfatkan alam bagi kesejahteraan dan kenyamanan manusia. Kalau demikian, mesin – mesin atau alat canggih yang digunakan. Bukan itu yang di maksud dengan teknologi, walaupun secara umum orang sering mengasosiasikan alat – alat canggih sebagai teknologi. Mesin – mesin telah digunakan manusia sejak abad yang lalu, namun abad tersebut belum dinamai era teknologi.

Menelusuri pandangan Al-Qur’an tentang teknologi, mengundang kita menengok kepada sekian banyak ayat Al-Qur’an yang menjelaskan alam raya. Menurut para Ulama terdapat sekitar 750 ayat Al-Qur’an yang berbicara tentang alam raya dan fenomenanya, dan memerintahkan manusia untuk mengetahui dan memanfaatkannya. Secara tegas dan berulang – ulang, Al-Qur’an menyatakan bahwa alam raya diciptakan dan ditundukkan Allah untuk manusia.


Dia telah menundukkan untuk kamu apa yang ada dilangit dan apa yang ada di bumi semuanya ( sebagai anugrah ) dari-Nya ( Q.S. Al-Jatsiyah [45]:13 ).


Adanya potensi dan tersedianya lahan yang diciptakan Allah, serta ketidakmampuan alam raya untuk membangkang perintah-Nya, kesemuanya mengantarkan manusia berpotensi untuk memanfaatkan yang ditundukkan Tuhan itu. Keberhasilan memanfaatkan alam itulah buah teknologi. Al-Qur’an memuji sekelompok manusia yang dinamainya Ulul Albab. Ciri mereka antara lain dilukiskan oleh Q.S. Al-Imran [3]: 190-195.

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda Ulil Albab. Yaitu mereka yang berdzikir ( mengingat ) Allah sambil berdiri, atau duduk, atau berbaring dan mereka yang berfikir tentang khaleq ( kejadian ) langit dan bumi…

Dalam ayat diatas tergambar dua ciri pokok, yaitu Tafakur dan Dzikir. Kemudian keduanya menghasilkan “ Natijah”. Natijah yang dimaksud bukan sekedar ide-ide yang tersusun dalam benak, tetapi juga melampauinya sampai pada pengamalan dan pemanfaatannya dalam kehidupan sehari-hari.


Muhammad Quthub dan kitabnya “ Manhaj Attarbiyah Al-Islamiyah” mengomentari ayat Al-Imran diatas sebagai berikut :

“ Ayat –ayat tersebut menggambarkan secara sempurna metoda penalaran dan pengamatan Islami terhadap alam,.. Ayat-ayat itu mengarahkan akal manusia kepada fungsi pertamanya diantara sekian banyak fungsinya, yakni mempelajari ayat-ayat Tuhan yang tersaji dialam raya ini. Ayat-ayat tersebut bermula dengan tafakkur dan berakhir dengan amal.

Pengetahuan tentang hal terakhir ini mengantar ilmuan kepada rahasia – rahasia alam, dan pada gilirannya mengantarkan pada penciptaan teknologi yang menghsilkan kemudahan dan manfaat bagi manusia.

Disini kita menoleh kepada teknologi dan hasil-hasil yang telah dipersembahkannya. Kalaulah untuk mudahnya kita jadikan alat atau mesin sebagai gambaran kongkrit tentag teknologi. Mesin- mesin dari hari ke hari semakin canggih. Mesin-mesin tersebut dengan bantuan manusia bergabung satu dengan lainnya. Sehingga ia semakin kompleks, ia tidak bisa lagi dikendalikan oleh seorang, namun ia dapat melakukan pekerjaan yang dilakukan banyak orang. Dalam tahap ini, mesin telah menjadi semacam “seteru” manusia, atau hewan yang harus disiasati agar ia mau mengikuti kehendak manusia.

Dewasa ini, lahir teknologi, khususnya dibidang rekayasa genetika, yang dapat mengarah untuk menjadikan alat sebagai bantuan, bahkan menciptakan bakal-bakal alat yang akan diperbudak dan tunduk kepada alat. Tetapi jika hasil teknologi sejak semula diduga dapat mengalihkan manusia dari asal tujuan penciptaan, maka sejak dini Islam menolak kehadiran hasil-hasil teknologi.


Karena itu menjadi persoalan bagi martabat kemanusiaan bagaimana memadukan kemampuan mekanik manusia untuk menciptakan teknologi, dengan pemeliharaan nilai-nilai fitrahnya. Bagaimana mengarahkan teknologi sehingga dapat berjalan seiring dengan nilai-nilai Rabbany, atau dengan kata lain bagaimana memadukan antara fikir , dzikir, ilmu, dan iman.


KESIMPULAN

Manusia memliki naluri untuk selalu haus akan ilmu pengetahuan, dua keinginan yang tidak akan pernah puas, keinginan penuntut ilmu, keinginan dan keinginan penuntut harta.

Hal ini dapat menjadi pemicu bagi manusia untuk terus mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan memanfaatkan anugrah Allah yang dilimpahkan kepadanya. Oleh karena itu kita tidak bisa membendung laju teknologi, kita hanya bisa dapat berusaha mengarahkan manusia agar tidak terlalu menuruti nafsunya, mengumpulkan harta dan mengumpulkan ilmu teknologi yang dapat membahayakan dirinya sendiri, karena manusia dapat menjadi seperti kepompong, membahayakan dirinya sendiri akibat kepandainnya.
Al-Qur’an menegaskan bahwa :

Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, adalah seperti hujan yang Kami turunkan dari langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya=karena air itu= tanam – tanaman bumi, diantaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak, hingga apabila bumi ini telah sempurna keindahannya dan penghuni penghuninya telah menduga bahwa mereka mampu menguasainya, ( melakukan segala sesuatu ) tiba – tiba datanglah azab Kami laksana tanam – tanaman yang sudah sabit, seakan – akan belum tumbuh kemarin. Demikianlah kami menjelaskan tanda - tanda kekuasaan ( kami ) kepada orang – orang yang berfikir.


sumber :http://efendybloger.blogspot.com/2011/04/al-quran-dan-ilmu-pengetahuan-teknologi.html

Hubungan Islam dan Teknologi


ISLAM DAN TEKNOLOGI


Dalam Al-Quran terdapat 750 ayat yang berbicara tentang alam raya ini. Dan ayat-ayat tersebut memerintahkan pada manusia untuk mengetahui alam dan fenomenanya. Surat Al-Jatsiyah ayat 13 mengatakan :
Allah telah menundukkan untuk kamu semua apa yang ada di langit dan di bumi
Semua penundukan ini hanya bisa dicapai bagi orang-orang yang mengetahui hukum-hukum Allah yang telah ditentukan sebagai mana ayat yang artinya:
Segala sesuatu di sisinya memiliki ukuran
Maksudnya segala ciptaan Allah melalui sunnahnya. Setiap manusia memiliki potensi untuk mengetahui hokum dan aturan tentang jagat raya ini, hal ini sebagaiamana Firman Allah yang artinya :
Allah mengajarkan adam nama-nama semuanya
Dari sini manusia harus menyadari bahwa ilmu itu dari Allah dan karenanya, manusia adalah sebagai kholifah.
Al-Quran memerintahkan manusia untuk terus berusaha meningkatkan ilmunya. Hal ini sebagaimana dalam surat Toha ayat 114 :

Berdoalah hai Muhammad, Rabbi zidni ilma

I. Paradigma Ilmu Dalam Wawasan Islam
Obyek sains menurut Al-Quran :
Ada dua obyek ilmu yaitu Al-Quran dan Al-Bayan
Maksud kata Al-Quran adalah bacaan atau tanda-tanda alam ini, sedang kata Al-Bayan adalah alat atau bahasa untuk membaca ala mini.
Allah bersabda dalam surat Fushshilat ayat 53 :
Nanti akan kami perlihatkan pada mereka ayat-ayat kami di cakrawala-cakrawala dan di dalam diri manusia sehingga teranglah bagi mereka suatu kebenaran
Maksud ayat tersebut adalah cakrawala dan diri manusia. Di sisni ada dua kategori ayat yaitu eksternal, yang disimbulkan cakrawala dan yang internal disimbulkan diri manusia.
Jadi gejala alam adalah yang eksternal menjadi obyek ilmu kealaman sedang yang internal merupakan gejala budaya menjadi obyek ilmu-ilmu kemanusiaan.
Diciptakannya dua obyek ilmu itu adalah untuk mengenalkan yang maha benar yaitu,Allah. Dengan demikian tidak bisa dipisahkan antara ilmu dengan Allah.

II. Kanteks Ilmu Menurut Al-Qur’an
Di dunia barat terjadi dikotomi antara fakta dan nilai. Teori ini disebut konsep netralitas ilmu yang berarti terjadi pemisahan antara etika dan ilmu.

Dalam Islam harus terpadu antar ilmu, etika, dan agama. Kita perhatikan firman Allah dalam surat Al-Luqman ayat 20 :
Tidaklah kamu perhatikan, bahwa Allah menundukkkan untukmu apa-apa yang ada di langit dan di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmatnya tang dhahir dan yang batin. Di antar manusia ada yang membantah tentang Allah tanpa ilmu, tanpa petunjuk, dan tanpa kitab. Jadi urutan penyebutan Al-Ilmu, Al-Huda, dan Al-Kitab ini menunjukkan integralitas ilmu, etika, dan agama.

III. Dasar-dasar Informatika Dalam Wawasan Islam
1. Hakikat Informasi
Informasi, maklumat atau apa-apa yang diketahui dinamai informasi pasif. Sedang informasi yang aktif disebut kode. Dan kode bisa disebut data.

Kode dan data bagaikan ilmu dan amal. Kode dan data terdapat pemikiran yang berkaitan dan ini disebut algoritma.
Algoritma menentukan pilihan untuk menghasilkan sesuatu yang berupa program. Hasil program adalah berupa informasi yag kemudian menjadi ilmu.

2. Rekayasa Informatika Dalam Pandangan Islam
Proses Informatika dalam suatu computer merupakan hasil rekayasa dengan tujuan tertentu.
Dalam merekayasa harus memakai norma-norma Islam yang tidak boleh bertentangan dengan dalil akli dan berdasarkan Al-Quran dan sunnah nabi. Harus bermanfaat bagi manusia.

IV. Teknologi Informasi Untuk Umat Islam
Masyarakat Islam pada awalnya adalah masyarakat informasi.
Informasi yang diterima dari kumpulan wahyu dari Allah dan kumpulan hadits-hadits nabi.Disamping itu masyarakat Islam juga mengembangkan dan menghimpun informasi-informasi lain dari pada filosof Yunani dan mengembangkannya, sehingga peradaban Islam sangat maju.

Ketika peradaban Islam tumbang, dunia informasi diteruskan oleh barat di masa renaissance di abad 16.
Kini, di abad 20 kita berada di era revolusi teknologi elektronik yang berpuncak pada proses konvergensi, dimana teknologi informasi menyatu dengan telekomunikasi membentuk maha jaringan computer global bernama internet sebagai infrastruktur informasi baru.
Di abad 21 ini umat Islam ditantang untuk membangun masyarakat informasi islam.
V. Menuju Masa Depan Peradaban Islam
Untuk memahami bagaimana peran Islam dalam perdaban masa depan, perlu mengkaji :

1. Struktur peradaban Islam dimana sebagai system informasi
Salah satu dampak dari perkembangan teknologi informasi adalah pergeseran paradigma sains dari pandanngan materialistik menuju pandangan yang lebih holistic atau menyeluruh.

Kesejajaran struktursl antara computer dan system biologi merupakan bagian yang merubah pandangan manusia tentang alam semesta.
Sel-sel hidup kini dapat diibaratkan sebagai pabrik molekuler terkomputer skala nano. Dengan demikian, dalam tubuh setiap oraganisme terdapat jaringan nano computer bak internet bagi tubuh luar manusia yaitu peradaban.

Dari pandangan ini menganggap bahwa alam semesta sebagai system bio-informatik raksasa, di mana hukum-hukum alam dilihat sebagai program-program bagi system-sistem material.
Fisikawan jhon Weeler membuat slogan baru ‘It frim Bit’, tentu saja muncul pertanyaan besar. Kalau alam semesta adalah sebuah computer, siapakah pembuatnya dan siapakah pemrogramnya ? orang atheis menjawab adalah alam itu sendiri dan bagi orang beragama, bahwa itu adalah Allah yang maha kuasa.
Nicolas Wirth, pakar Informatika mengatakan bahwa program berisi struktur data dan algoritma.
Dalam agama Islam, struktur dat itu adalah aqidah dan algoritma itu syari’ahnya.
Dalam paradigma pemograman mutakhir yaitu “object oriented programming” data dan algoritma terpadu dalam modul-modul kecil yang terpadu dalam program “system operasi”.
Program “system operasi” peradaban Islam adalah Ad-Dinul Islam yang merupakan kombinasi terpadu “Aqidah-Syari’ah”.

2. Menuju peradaban Islam : Transformasi Budaya Keagaman.
Dinul-Islam sebagai meta program harus diimplementasikan dalam sebuah proses pengamalan Islam.
Dalam tataran individu, hal itu dilakukan dengan melaksanakan arkanul Islam.
Rukun Islam yang lima tidak hanya mempunyai dimensi vertical hanya membangun individu melainkan punya dimensi horizontal sebagai kerangka dasar bagi kegiatan mu’amalah membangun peradaban Islam.

3. Problema sosial budaya : dampak perkembangan teknologi informatika
Sebagai system saraf peradaban manusia, teknologi kini telah dikembangkan kedua arah. Yaitu ke teknologi yang lebih cerdas sehingga melebihi manusia. Dengan dibuatnya chip yang kapasitasnya menyamai otak manusia.
Di lain pihak, basis datanya super-otak peradaban manusia ini kini juga diperluas sehingga juga meliputi system informasi biologi genetika molekuler dalam tingkat sel-sel manusia.
Human genome project misalnya di abad 21 ini telah berhasil memetakan seluruh DNA dalam gen manusia telah memanfaatkan kemampuan mikroprosessor yang terdistribusi.
Kombinasi dari dua kecenderungan ini dapat diduga akan menimbulkan problem baru dan semua disiplin keilmuan social akan mendapatkan tantangan besar begitu juga para agamawan harus bisa menyesuaikan dengan persoaln-persoalan yang raksasa tersebut.
Untuk menghadapi kemajuan teknologi ini kita harus meletakkan arkanul Islam sebagai kerangka program untuk tazkiyatul madani dan tazkiyatun-nafs
sumber : http://belajarmudah12.blogspot.com/2011/12/hubungan-islam-dan-teknologi.html

Hubungan Al-Qur'an dengan Ilmu pengetahuan (KIMIA)


Banyak ilmuwan-ilmuwan muslim yang telah menunjukkan fakta-fakta ilmiah yang sesuai dengan ayat-ayat Al-Qur’an. Harun Yahya adalah seorang yang masyhur mengungkap rahasia Al-Qur’an tentang astronomi, embriologi, geologi, fisika, biologi dan lain-lain. Masih banyak hal menarik tentang kimia yang belum disentuh Harun Yahya dalam sekian banyak tulisannya, khususnya tentang angka-angka. Yang mashur tentang kimia dalam Al-Qur’an adalah mengenai firman Allah dalam surat Al-Hadid, surat ke-57 yang berada di pertengahan Al-Qur’an.

            Fakta ke-1 Allah berfirman: “...dan Kami ciptakan besi...”(Al-Qur’an, 57:25). Allah SWT menggunakan kata “an zalnaa” yang berarti “kami telah turunkan”. Departemen Agama menuliskannya dengan “ciptakan” sebagaimana tertulis diatas. Allah SWT tidak menggunakan kata “Khalaqna” yang berati “kami telah ciptakan”. Penemuan astronomi modern telah mengungkapkan bahwa logam besi yang ditemukan di bumi kita berasal dari bintang-bintang raksasa di angkasa luar.
           Sistem tata surya kita tidak memiliki struktur yang cocok untuk menghasilkan besi secara mandiri. Besi hanya dapat dibuat dan dihasilkan dalam bintang-bintang yang jauh lebih besar dari matahari, yang suhunya mencapai beberapa ratus juta derajat. Ketika jumlah besi telah melampaui batas tertentu dalam sebuah bintang, bintang tersebut tidak mampu lagi menanggungnya, dan akhirnya meledak melalui peristiwa yang disebut supernova. Akibat dari ledakan ini, meteor-meteor yang mengandung besi bertaburan dan bergerak melalui ruang hampa hingga mengalami tarikan oleh gaya gravitasi benda angkasa. Hal ini yang dahulu pernah sempat dikatakan oleh Neil Amstrong.
            Semua ini menunjukkan bahwa logam besi tidak terbentuk di bumi melainkan kiriman melalui meteor-meteor dan di turunkan ke bumi, persis seperti dinyatakan dalam ayat tersebut.
            Besi : 26Fe
            Istilah besi disebut juga sebagai iron (Inggris), hadid (Arab), fer (Perancis), hierro (Spanyol), dan lain-lain. Supaya tidak membingungkan, maka disepakati bahwa dunia sains menamakan besi dengan ferrum (lambung:Fe) dari Bahasa Latin.
            Memang nampak sedikit aneh jika Allah SWT dalam memberi nama salah satu surat di Al-Qur’an dengan memakai salah satu nama atom atau logam dalam sistem periodik unsur. Ternyata ada beberapa hal menarik yang akan sedikit kita bahas. Ada 2 hal yang perlu diketahui sebelum membahas lebih jauh yaitu tentang lambang atom dan isotop.
            Lambang atom

            Atom disusun oleh 3 partikel, yaitu proton (+), neutron (0), dan elektorn (-)

            Isotop
            Apa itu isotop? Isotop adalah atom-atom yang sama nomor atomnya(sejenis) tetapi beda nomor massanya.
            Umpamakan saja isotop itu dengan “keturunan/kembaran”. Satu jenis atom yang sama (helium misalnya) ternyata memiliki berat yang berbeda-beda. Ini karena kandungan neutronnya yang beda. Ynag satu memiliki satu neutron dan yang satu lagi dua neutron. Sifat-sifat semua isotop helium itu identik (mirip). Namun perbedaan jumlah berbeda neutron menyebabkan sifat kestabilannnya berbeda karena berat tubuhnya yang berbeda. Isotop-isotop suatu atom ada yang stabil dan ada yang tidak stabil. Atom yang stabil,tidak memiliki potensi untuk mengalami proses reaksi nuklir (pembelahan inti). Kapan sebuah atom membelah intinya? Kita bisa melihat dari data waktu paruhnya (waktunya yang dibutuhkan untuk membelah jadi dua).

            Fakta ke-2. Besi memiliki 8 isotop. Al-Hadid adalah Surat ke-57 dalam Al-Qur’an. Fe-57 adalah salah satu dari 4 isotop besi yang stabil.

            Fakta ke-3. Energi ini dibutuhkan oleh suatu atom untuk menjadi ion. Fe umumnya dapat berbentuk ion Fe2+ (Ferro) dan Fe3+ (Ferri). Tubuh kita hanya mengkonsumsi Ferro dari makanan untuk membentuk hemoglobin dalam darah. Besi jenis Ferro inilah yang banyak terkandung dalam makanan seperti daging dan bayam, termasuk obat-obatan suplemen penamabah zat besi seperti Sangobion, Sulfaferosusu, dan lain sebagainya. Kata ahli gizi, sebaiknya sayur bayam jangan dibiarkan lebih dari semalam, tidak bagus untuk dimakan. Tetapi ternyata dalam beberapa jam Ferro akan segera berubah menjadi Ferri. Ferri di dalam tubuh adalah sampah, tubuh kita tidak mau mengambilnya karena sifatnya sudah berubah. Sama halnya jika besi sudah berkarat, berubahlah sifatnya. Perubahan Fe2+ dan Fe3+ ini menghasilkan energi ionisasi sebesar 2957 kJ mol -1. 29 adalah jumlah seluruh ayat pada surat Al-Hadid. 57 Adalah nomor suratnya. Allahuakbar!

            Fakta ke-4. Besi memiliki 8 isotop (kembaran) yaitu 52Fe, 54Fe, 55Fe, 56Fe ,57Fe,Fe58, 59Fe, 60Fe. Jika seluruh massanya dijumlahkan maka 52 + 54 + 55 + 56 + 57 + 58 + 59 + 60 = 451. Kata “besi” ada pada surat ke-57 dan ayat ke-25. Jumlah kata dalm surat Al-Hadid dari ayat 1 sampai dengan 25 adalah 451!

            Fakta ke-5. Jumlah seluruh kata dalam surat Al-Hadid adalah 574. 57 adalah nomor surat Al-Hadid dan 4 adalah jumlah isotop besi yang stabil.

            Jika ada yang lebih teliti lagi, mungkin akan ditemukan fakta lebih banyak lagi. 
sumber : http://postiner-byyou.blogspot.com/2011/09/hubungan-al-quran-dengan-ilmu.html

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | JCPenney Coupons