BELAJAR merupakan kebutuhan manusia
untuk tak menyebutnya kewajiban. Dengan belajar, manusia akan
mengetahui makna. Makna itulah yang akan membuat manusia menjadi manusia
seutuhnya dan berkepribadian.
Pemahaman terhadap makna itulah yang juga
menjadi penanda atau pembeda manusia dari makhluk Allah yang lain.
Manusia dibekali pikiran dan hati sebagai alat untuk menyingkap
ayat-ayat Allah. Pikiran dan hati yang dapat dipergunakan sebagai perasa tak diberikan Allah kepada makhluk selain manusia.
Maka untuk menjernihkan pikiran dan hati
butuh banyak bacaan dari hasil permenungan mendalam. Semua itu didapat
dari proses belajar yang lama.
Betapa penting belajar juga menjadi
bagian tak terpisahkan dari proses kerasulan Muhammad. Dan, belajar
merupakan perintah pertama dalam Alquran (Surah Al-Alaq Ayat 1-5). Kata
iqra tidak hanya berarti membaca, tetapi kewajiban bagi manusia untuk
mengemban amanat kemanusiaan menjadi sebaik-baik makhluk (khoira al
ummah). Itulah fitrah manusia sebagai khalifatullah fil ardhi (pemimpin
atau wakil Allah di muka bumi).
Jadi perintah belajar berlaku untuk semua
umat manusia, tidak memandang status atau strata sosial. Belajar tidak
memandang umur, kecil, tua, muda, dan dewasa. Semua wajib terus belajar
(iqra).
Sebab, masih banyak misteri alam belum
terpecahkan oleh manusia. Misalnya, bagaimana cara mendeteksi gempa bumi
berkekuatan besar, meski kini banyak peneliti telah meneliti lapisan
bumi dan stuktur tanah di berbagai belahan dunia.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
begitu cepat di belahan bumi lain sudah saatnya menginspirasi masyarakat
Indonesia untuk bangkit. Sebab, Indonesia merupakan representasi
penting umat Islam di dunia. Jika banyak ilmu pengetahuan dan teknologi
ditemukan dan dikembangkan masyarakat Indonesia, itu juga berarti
kemajuan tersendiri dalam pengkajian Islam dan Islam itu sendiri.
Karena itu, dalam sistem pendidikan
nasional harus ada sinergi atau keinginan kuat dari semua komponen
pendidikan untuk terus belajar. Pendidikan Indonesia juga selayaknya
tidak selalu berkiblat ke Barat. Namun sebaiknya menggali kearifan lokal
dan budaya bangsa Indonesia sebagai dasar untuk membuat kebijakan dalam
pendidikan nasional.
Teknologi Sulaiman dan Chidir Lebih dari
itu, pengkajian dan penelitian terhadap Alquran sebagai kitab umat Islam
sangat perlu. Sebab, menurut pendapat BJ Habibie dalam Memahami Alquran
dan Mengimplementasikannya, Akumulasi Pengalaman Keagamaan (1992),
untuk pengembangan sumber daya manusia perlu konsep. Tak cukup dengan
ilmu-ilmu human resource development, ilmu pendidikan, atau psikologi
perkembangan klasik. Kita juga memerlukan ilmu yang berkembang dari
kekuatan iman yang bersumber dari Alquran dan sunah Rasul. Itulah
landasan dasar pengembangan masyarakat pada abad ke-21.
Tidak hanya substansi ilmu pengetahuan
dan teknologi yang sangat banyak terdapat dalam Alquran, tetapi juga
teknologi dan metodologi yang belum mampu dipahami oleh daya pikir
manusia.
Itu sangat mungkin karena kandungan isi
Alquran yang mulia bersifat kebenaran mutlak. Adapun kebenaran ilmu
pengetahuan dan teknologi yang dicapai manusia hingga saat ini, apa pun
bentuk dalil, hukum, persamaan-persamaan, dan lain sebagainya, bersifat
nisbi, relatif.
Kebenaran yang dirumuskan ilmu
pengetahuan dan teknologi masa kini belum tentu benar pada masa datang.
Katakanlah, misalnya, teknologi yang diperagakan Nabi Sulaiman melalui
sistem komunikasi dengan binatang, makhluk halus, penyelam lautan, serta
teknologi dan ilmu pengetahuan yang dikembangkan Nabi Chidir dan Musa,
dan lain sebagainya yang masih merupakan rahasia ilmu yang sulit kita
mengerti. Namun itu adalah sebagian dari kebenaran mutlak yang pada masa
datang mungkin tak menjadi pertanyaan lagi.
Menjadi Produsen Kisah-kisah keagungan
para rasul dalam Alquran sudah saatnya tidak hanya menjadi legenda,
bahkan mitos. Kisah-kisah itu sudah saatnya menginspirasi umat Islam
untuk bangkit dari keterpurukan di bidang teknologi. Umat Islam patut
kembali memimpin peradaban dengan mengkaji atau menengok Alquran sebagai
kitab terbuka dan sumber ilmu pengetahuan dan teknologi.
Keagungan Alquran akan menjadi tuntunan
hidup, sehingga masyarakat senang membaca dan mengkajinya. Rahasia
penciptaan alam semesta akan terungkap jika umat Islam mampu menangkap
makna yang tersirat dan tersurat dalam Alquran.
Jadi ilmu pengetahuan dan teknologi pada
dasarnya bukan masalah serius bagi umat Islam. Umat Islam sudah sangat
akrab dengan kemajuan teknologi. Itu tercermin dari isi kita suci
Alquran yang banyak berbicara mengenai kemajuan tersebut.
Kini, sudah saatnya umat Is-lam tidak
hanya menjadi konsumen ilmu pengetahuan dan teknologi. Sudah saatnya
umat Islam memimpin peradaban dengan menjadi produsen ilmu pengetahuan
dan teknologi berdasar bacaan dan penelitian yang mendalam dan memadai
dari Alquran. Wallahu alam.
Sumber :http://denmasfauzi3074.wordpress.com/2010/09/17/belajar-teknologi-dari-al-quran/
0 komentar:
Posting Komentar